Bahasa
merupakan lambang bunyi yang sistemik dan sistematis. Tentu di dalam sistem
terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan dan berkesinambungan, tersusun
secara runtut dan secara hirarki. Bahasa terbentuk dari lambang-lambang atau
tanda-tanda. Sebelum menjadi sebuah wacana, tanda-tanda itu terbentuk ke dalam
silaba (suku kata), kemudian berkembang lagi membentuk fona, kata, frasa,
klausa, lalu kalimat dan akhirnya membentuk wacana.
Semantik merupakan studi linguistik
yang mempelajari makna dalam bahasa. Jadi objek dari semantik adalah makna.
Jika makna menjadi bagian dari sistem komponen-komponen diatas, lalu disebelah
mana atau di bagian manakah makna mengikat diri? Apakah makna ada sebelum
terbentuk kata, atau makna ada setelah wacana terbentuk, atau malah
ditengah-tengah yaitu setelah kalimat terbentuk? Jika saya mengumpamakan
komponen tersebut seperti rantai-rantai yang mengikatkan dirinya satu sama
lain, dan diantara kesemua komponen tersebut masih saling berkaitan karena di
masing-masing bulatan rantai pasti ada satu sisi rantai yang saling bersentuhan
dan tersambung hingga akhir mata rantai, maka saya akan meletakkan makna pada
garis atau bagian-bagian rantai yang saling menyentuh tersebut. Berarti, makna
terdapat di dalam bagian masing-masing rantai tersebut, dan diluar rantai,
yaitu yang menghubungkan antara rantai satu dengan rantai lainnya. Dengan kata
lain, makna ada di dalam masing-masing komponen tersebut, dan juga terdapat
pada garis diluar komponen yang menghubungkan komponen-komponen tersebut. Lalu
apa yang dilakukan semantik terhadap rantai-rantai tersebut? Tugas semantik
yaitu menguraikan makna di dalam mata rantai tersebut dan hubungan antara mata
rantai-mata rantai tersebut.
Semantik sering dikacaukan dengan
pragmatik dan semiotika. Dalam ketiga studi ini ada kaitan yang sama, yaitu
makna suatu tanda atau lambang.
Objek dalam semantik dan pragmatik
sama, yaitu makna. Namun ada hal yang sangat membedakan antara kajian semantik
dengan pragmatik. Dalam kajian semantik, makna dikaji sebagai makna komunikasi
verbal, yaitu makna dalam bahasa itu sendiri. Namun, pada kajian pragmatik
konteks masuk kedalam kajian makna tersebut.
Misalnya kita akan mengkaji suatu
wacana, jika kita melakukan kajian pragmatik, maka kita akan sangat memerlukan informasi
tentang tempat wacana tersebut ditemukan, penulis wacana tersebut, atau mungkin
waktu wacana tersebut ditemukan. Namun, kajian semantik tidak memasukkan
konteks kedalam analisisnya, kajian semantik hanya akan mengkaji makna wacana
tersebut dalam wacana itu sendiri dilihat dari komponen-komponen yang menyusun
wacana itu sendiri.
Berbeda lagi dengan semiotika.
Semiotika yaitu ilmu yang mempelajari tanda atau lambang. Dalam kajian
semiotika semua tanda yang ditemukan akan dikaji secara rinci. Misalnya kita
mengkaji suatu wacana, maka segala tanda yang terdapat pada wacana tersebut
akan dikaji. Misalnya penggunaan font, penggunaan warna, penataan wacana dan
tanda-tanda yang bukan merupakan tanda komunikasi verbal juga akan dikaji.
Jelas hal ini sangat berbeda dengan kajian semantik yang mengkaji makna sebagai
komunikasi verbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar