Filsafat
bahasa muncul saat adanya perubahan pemikiran para filsuf terhadap penyelesaian
problema filsafat. Para filsuf akhirnya
mengetahui bahwa berbagai macam problema filsafat dapat dijelaskan dan dapat
diselesaikan melalui analisis bahasa.
Dalam
perkembangannya, filsafat bahasa memiliki beberapa-beberapa tahapan atau masa.
Berawal dari Zaman Yunani, hingga zaman abad modern, filsafat bahasa
berkembang dengan segala perbedaan perhatian para filosof serta
aliran-alirannya. Namun kesemuanya itu tetap memiliki acuan yang sama.
Para filosof
sudah memperhatikan bahasa sejak Zaman
Pra Sokrates untuk masalah
filsafatnya. Pada zaman ini, bahasa digunakan sebagai media untuk berkomunikasi
dengan dewa-dewa dan segala aktivitas mistis dan primitif. Tapi lama-lama
bangsa yunani mengalami krisis intelektual. Akibatnya, menurunnya fungsi magis bahasa
pada bangsa yunani. Bangsa Yunani juga menyadari bahwa bahasa tidak memiliki
kemampuan untuk merubah alam benda-benda fisis, bahasa bukan merupakan bentuk
fisiknya, namun makna dari bahasa itulah yang sesungguhnya mampu mengungkapkan
segala sesuatu tentang alam semesta. Tokoh-tokoh pengembang filsafat bahasa
pada Zaman Yunani kuno ini antara lain Herakleitos
yang menggunakan filsafat ”panta rei” artinya
”semua mengalir”. Herakleitos
berfikiran bahwa untuk memahami segala sesuatu yang berubah, yang ada di alam
semesta ini, melalui pendekatan manusiawi, yang didalamnya kemampuan
berbicaralah yang menjadi perantara untuk mengetahui arti alam semesta. Dengan
memahami ucapan-ucapan dan pengertian-pengertian kita mampu mengerti dan
mengetahui segala yang ada di alam semesta.
Hume juga berperan
dalam perkembangan filsafat bahasa di zaman yunani. Hume mengungkapkan tentang
teori proposisinya. Ia mengatakan bahawa proposisi itu mewakili atau mengungkapkan suatu fakta yaitu suatu
kejadian. Jika propoisi tersebut sederhana, bererti proposes tersebut
mengungkapkan suatu makna yang sederhana pula. Begitu juga sebaliknya jika
proposes tersebut kompleks.
Kaum
Sofis juga turut berpartisipasi dalam perkembangan Filsafat Bahasa. Dalam
pendapatnya, Kaum Sofis menyatakan bahwa dalam membahas hakikat bahasa yang
paling utama adalah digunakannya filsafat manusia bukan metafisika. Kaum Sofis mengembangkan cabang pengetahuan Retorika. Melalui Retorika, kaum Sofis
ini merubah pemikiran filsafat Yunani yang pada awalnya terarah pada kosmos,
menjadi terarah pada teori pengethuan dan etika.
Pada Zaman Sokrates, munculah
persoalan-persoalan yang memperdebatkan pemikiran kaum Sofis tentang
dasar-dasar teori pengetahuan dan etika. Sokrates menggunakan metode dialektis
krisis untuk mengatasi maslah-masalah tersebut. Dalam menerapkan metode
dialektis krisis, Sokrates tidak begitu saja menerima pengertian atau
proposisi, tapi Sokrates juga melakukan pengujian pada pengertian tersebut.
Sokrates selalu meminta penjelasan tentang pengertian tersebut kepada ahlinya.
Kemudian menanyakan alasannya, dan menanyakan dasa-dasar apa yang digunakan
pada alasannya tersebut. Jika terbukti benar, untuk smenatra waktu pengertian
tersebut dianggap sah, sebelum melalui ujian berikutnya yaitu uji komparatif. Metode
yang digunakan kaum Sofis dan Sokrates inilah menunjukkan bahwa pada masa itu
telah digunakannya konsep-konsep filosofis melalui analisis bahasa.
Filsuf
Aristoteles mengemukakan teori hilemorfisme yang berarti bentuk-materi. Dalam
kaitannya filsafat bahasa, aristoteles memandang bahwa bahasa juga meliputi
hakikat bentuk dan materi. Bahasa meliputi bentuk fisis dan metafisis.
Mksudnya, bahasa tidak hanya berupa bentuk atau symbol. Namun dalam symbol atau
bentuk tersebut terdapat makna yang terpendam.
Perkembangan bahasa berlanjut pada Zaman Romawi. Munculah nama Varro
dengan beberapa pembahasannya tentang hakikat bahasa. Seperti Etimologi,
pengertian kata, konsep morfologi, dan lainnya. Mucul pula Konsep Priscia yang
juga berpengaruh dalam perkembangan bahasa. Dalam konsep Pricia membahas tentang
Fonologi dan Morfologi Priscia.
Perkembangan Filsafat bahasa juga
terjadi pada Zaman Abad Pertengahan.
Dari zaman-zaman sebelumnya, zaman inilah lebih berbau teoloi. Pada zaman ini,
nama Filosof Kristiani lah yang melambung. Terutama kaum Patristik dan
Skolastik. Pada zaman Abad pertengahan ini juga diwarnai berbagai macam
pemikiran. Yang pertama yaitu pemikiran Thomas
Aquinaz yang kental dengan nuansa teologinya. Thomas berpenadapat bahwa
untuk menemukan suatu kebenaran pada suatu hal atau pada suatu permasalahan,
kita perlu memahami apa yang sudah dikemukakan oleh para pendahulu. Thomas juga
melakukan metode analisis bahasa dengan analogi dan metaphor yang kesemuanya
itu tersaji dalam pengungkapan Thomas yang kental akan nuansa Teologi.
Ketika Zaman Abad Modern munculah gerakan pembaharuan setelah masa
kejayaan abad pertengahan tenggelam. Pergerakan ini bertujuan untuk
menghidupkan kembali kebudayaan Yunani-Romawi. Pada Zaman Abad Modern ini,
bahasa lebih diperhatikan dalam penyelesaian masalah-masalah filsafat. Pada
Zaman Abad modern ini perhatian filosof terhadap bahasa semakin menuju pada
pngetahuan modern, maka peranan bahasa terhadap ilmu pengetahuan modern semakin
penting. Banyak tokoh terjun kedalamnya. Seperti Thomas Hobbes. Dalam pendapatnya, Hobbes mengungkapan bahwa
filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang umum, sasarannya adalah seluruh
fakta-fakta yang diamati. Hubungannya dalam perkembangan filsafat bahasa memang
sepertinya kurang begitu kentara, tapi Hobbes memang berpengaruh dalam perkembangan
filsafat bahasa. Menurut Hobbes
fakta-fakta yang menjadi sasaran filsafat adalah diungkapkan dengan menggunakan
bahasa. Jadi untuk menyelesaikan segala permasalahan filsafat dibutuhkannya
penjelasan seta pengertian yang lebih dalam terhadap suatu bahasa yang
digunakan dalam mengungkapkan fakta-fakta tersebut.
Sampai kemudian pada Abad ke XX, para filosof semakin
memperhatikan bahasa. Para filosof yang
akhirnya menyadari bahwa permasalahn filsafat serta konsep-konsep filsafat yang
masih kabur akan semakin jelas ketika menggunakan metode anaisis bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar