Bahasa merupakan suatu sistem simbol
yang memiliki makna dan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi oleh
manusia. Bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi, bahasa juga
digunakan manusia untuk mengekspresikan emosi, serta menuangkan dan
mengungkapkan hasil berfikir manusia terutama dalam mencari hakikat dari suatu
realitas.
Antara Filsafat dan bahasa, tentu
saja sangat berkaitan erat. Dari pengertian bahasa diatas, dapat kita tangkap,
bahwa untuk mencari serta mengungkapkan hakikat dari suatu kenyataan atau
realitas, digunakanlah bahasa. Filsafat, memiliki tugas utama, yaitu
menganalisis konsep-konsep. Sedangkan, konsep-konsep yang akan dianalisis oleh filsafat,
terangkai dan terungkapkan melalui bahasa. Jadi, dalam menganalisis
konsep-konsep tersebut, berkaitan dengan menganalisis bahasa yang digunakan
dalam mengungkapkan konsep tersebut, serta makna dari bahasa yang digunakan
untuk mengungkapkan konsep tersebut.
Filsafat merupakan kegiatan manusia
dalam berfikir yang berawal dari akal dan terarah, secara fundamental dan
radikal, yang bertujuan untuk mencari dan menemukan hakikat realitas dari
segala sesuatu yang ada. Tentu saja filsafat memiliki hubungan yang sangat erat
dengan bahasa. Objek aktivitas filsafat adalah dunia fakta atau realitas, yang
merupakan dunia simbolik yang tersusun dari bahasa. Dalam dunia fakta,
didalamnya tersusun begitu banyak simbol-simbol bahasa. Jadi, untuk dapat
mengungkapkan struktur-struktur realitas, haruslah digunakan simbol bahasa yang
dapat diterima oleh akal yang kemudian mampu disusun menjadi suatu
pengertian-pengertian.
Tetapi, bahasa juga memiliki
beberapa kelemahan dalam ungkapan-ungkapan, tentunya yang sangat berkaitan
untuk aktivitas filsafat. Kelemahan-kelemahannya yaitu: (1) Kesamaran. Dalam pengungkapan melalui bahasa, masih kita
temukan banyak kesamaran yang terjadi. Hali ini dikarena, makna yang terkandung
dalam suatu ungkapan bahasa, pada dasarnya hanya akan terpatok pada suatu
realitas itu sendiri, atau hanya mewakili suatu realitas secara umum. Misalnya : Dalam mengungkapkan suara yang kita
dengar atau musik yang kita dengar, tentu saja dalam menyusun ungkapan melaui
paparan-paparan bahasa tidak akan setepat dan sejelas dengan suara yang kita
dengar lansung melaui alat pendengaran kita. Kita hanya mengungkapkannya secara
umum, atau hanya mengungkapkannya secara garis besarnya. (2) Ambiguitas. Dalam mengungkapkan suatu realitas melalui sombol
bahasa, kita juga masih banyak menemukan suatu pengertian yang kita anggap
memiliki makna ganda. Dan hal inilah yang juga sering memicu adanya
kontroversi. Misalnya : Dalam kalimat “ Adik, nanti kalau ada informasi baru,
tolong hubungi saya, ya? ”. Dalam kalimat tersebut, kata adik memiliki makna ambigu. Yang dimaksud dalam kata Adik, adalah anak dari ibu yang lebih
muda dari kita, atau sapaan untuk seseorang yang lebih muda dari kita?.
Demikian inilah yang disebut memiliki sifat ambiguitas.
Oleh karena adanya dua kelemahan
bahasa diatas yang berpengaruh terhadap kegiatan berfilsafat, akan
mengakibatkan terjadinya (3) Ineksplesit.
Bahasa akan bersifat ineksplesit atau tidak eksplisit karena adanya ambiguitas
dan kesamaran. Bahasa seringkali tidak tepat dan bersifat tidak eksak dalam
mengungkapakan suatu hasil pikiran serta gagasan-gagasan yang
direpresentasikan. Karena bentuknya serta maknanya juga sering berubah sesuai
dengan konteks gramatikal, social ataupun situasional, maka bahasa juga
bersifat (4) bergantung konteks,
yang juga merupakan kelemahan bahasa dalam hubungannya berfilsafat. Dari
kelemahan-kelemahan bahasa tersebutlah, ungkapan-ungkapan bahasa termasuk
gagasan-gagasan, sering menjadi (5)
misleadingness. Gagasan-gagasan yang tersusun melalui bahasa, terkadang
menjadi menyesatkan, karena beberapa kelemahan-kelemahan bahasa tersebut.
Jika kita masuk kedalam atmosfer
filsafat, sehubungan dengan adanya beberapa kelemahan bahasa tersebut, dalam
menyusun konsep-konsep filosofi, tentunya membutuhkan penjelasan-penjelasan
yang lebih lanjut dan lebih dalam agar ungkapan-ungkapan melalui bahasa
tersebut tidak menjadi misleadingness. Inilah tugas pokok filasafat seperti
yang telah diungkapkan diatas, yaitu menganalisis konsep-konsep. Dalam
menganalisis, tentunya terdapat kegiatan berfikir, dan bernalar. Bernalar merupakan
kegiatan berfikir yang berpangkal dari akal manusia, tetapi juga dihubungkan
dengan hukum-hukum yang ada. Hukum dalam hal ini dapat kita katakan bahwa
Kelemahan-kelamahan bahasa juga merupakan suatu hukum.
Dari paparan-paparan bahasa yang
membutuhkan penjelasan-penjelasan lebih lanjut, disinilah manusia dituntut
untuk berfilsafat, dengan mengembangkan pikirannya untuk mencari suatu
kebenaran dari segala sesuatu yang ada. Suatu simbol bahasa, atau
paparan-paparan bahasa masih membutuhkan penjelasan yang muncul melalui proses
berfikir secara fundamental dan mendasar, dengan menganalisis bahasa serta
makna dari bahasa yang digunakan dalam paparan-paparan tersebut agar
terciptanya suatu paparan-paparan yang jelas dan dapat diterima oleh akal.
Dalam hal ini, dapat juga kita ketahui, bahwa bahasa tidak hanya berfungsi
sebagai simbol. Tetapi, bahasa juga berfungsi sebagai media untuk mengembangkan
pikiran manusia, terutama dalam mencari serta mengungkapkan suatu kebenaran dan
hakikat dari segala sesuatu yang ada.
Dapat kita simpulkan bahwa bahasa
memiliki fungsi yang sangat vital didalam aktivitas manusia, yaitu berfilsafat.
Filsafat memandang bahasa bukanlah sebagai objek yang diteliti. Justru
bahasalah yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis segala sesuatu yang
ada. Melalui analisis bahasa secara mendasar, akan ditemukan hakikat konsep-konsep
yang seringkali menjadi problema dalam filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar